Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Februari 2014

cerita gokil

Cerita Gokil - Satu lagi persembahan dari saya untuk pecinta cerita yang lucu dan gokil banget sebagai hiburan yaitu cerita gokil. Cerita lucu gokil ini saya kemas khusus untuk membuat pembaca semua tertawa lepas dari kepenatan dan kesesakan.
Di jaman sekarang ini orang perlu hiburan, maka itu saya telah berhasil mengumpulkan cerita gokil dari berbagai sumber untuk Anda.
Oke, langsung saja kita baca yuk, cerita gokil habis berikut ini.

CERITA GOKIL

cerita gokil
Cerita gokil : Kehebatan Suami
Dua orang ibu rumah tangga sedang berbincang mengenai kehebatan suami mereka diatas ranjang. "Suami saya sanggup melakukan hubungan sex selama 1 jam"

"Wah, itu sih nggak ada apa-apanya dengan suami saya. Suami saya sanggup melakukannya dalam 7 jam 1 menit. Padahal suami saya buta lho," kata wanita kedua.

"Wow, hebat sekali! Bagaimana suami ibu melakukannya?," tanya wanita pertama penasaran. "Selama 7 jam dia mencari lubang, setelah itu mainnya 1 menit."

Cerita gokil : Tidak Melihat
Pada suatu hari ada seorang pengendara yang melanggar lalu lintas, dan terihat oleh seorang polisi yang berjaga dan memberhentikannya...
"Apakah sodara tidak melihat lampu merah?"( tanya seorang polisi kepada seorang pengendara sepeda motor).
"Saya lihat, Pak."
"Lalu kenapa sodara tidak berhenti?"
"saya tidak melihat bapak."
  
Cerita gokil : Jumlah Kaki Sapi
Suatu hari di sekolah ada pelajaran berhitung, ibu guru bertanya kepada muridnya.
Ibu Guru : Kaki bebek ada berapa, Udin?
Udin : Dua bu
Ibu Guru : Bagus, sekarang jojon, kaki sapi ada berapa?
Juhro : Delapan Ibu Guru
Ibu Guru : Bagaimana bisa begitu?
Juhro : Coba hitung, 2 kaki depan, 2 kaki belakang, 2
kaki kiri dan 2 kaki kanan. Kan 2+2+2+2=8
Ibu Guru : Juhro, sungguh pintar kau seperti pejabat saja

Cerita gokil : Racun Serangga
Bejo yang beberapa jam yg lalu pergi ke ladang bersama adiknya, tiba tiba pulang ke rumah sambil teriak
Bejo : "ibuuu...ibuuuuuu....adik tadi menelan kecoak..!adik menelan kecoak bu...!
Ibu : "astaga..! cepat panggil ayahmu, supaya memanggil dokter.."
tapi dengan santainya bejo menjawab.
Bejo : "ah tidak usah bu, aku sudah memberinya racun serangga.."
Ibu : Pingsann… 

Cerita gokil : Nama Diambil Dari Al-quran
Doni dan Tono adalah sahabat sejati, keduanya baru saja di karuniai seorang anak. dan pada suatu saat meraka bertemu terjadilah percakapan berikut.
Doni : No, anak lo namanya siapa?
Tono : Azis, ambil dari Al-quran tuh
Doni : anak gue namanya juga ambil dari Al-quran
Tono : siapa?
Doni : Saitonirojim
#tibatibahening

Cerita gokil banget : Obat Aneh 
Pasien : Dok, tolonglah sembuhkan penyakit saya. Saya sering berjalan di waktu tidur.
Dokter : Ini kotak yang bisa menyelesaikan persoalanmu. Setiap malam, ketika Anda sudah bersiap untuk tidur keluarkan isi kotak itu dan taburkan di lantai sekeliling tempat tidurmu.
Pasien : Kotak apa ini, Dok? apakah sejenis serbuk penenang?
Dokter : Bukan. Ini kotak paku payung.

Cerita gokil : Sebuah Keluarga Miskin
Di sebuah sekolah, seorang puteri bintang film terkenal diminta ibu guru menulis cerita tentang sebuah keluarga miskin. Beginilah cerita yang ditulisnya:
"Pada zaman dahulu kala adalah sebuah keluarga miskin. Di mana maminya miskin, papinya miskin, anak-anaknya miskin."
"Tak hanya itu babunya juga miskin, supirnya miskin. Tukang kebunnya miskin, penjaga malamnya miskin. babby sitternya miskin. Semuanya miskin-miskin..."

Cerita gokil : Beda Keyakinan
Budi, seorang pemuda yang setelah sekian lama hidup sendiri menemukan Lina kekasih pujaan hatinya, tapi pernikahan mereka tidak berlangsung lama karena perbedaan keyakinan. Amir yang merupakan sahabat Budi mempertanyakan perihal penyebab perpisahan mereka.

Amir: “Kenapa sob sampai kalian bercerai, apa masalahnya?”
Budi: “Kita berbeda keyakinan mir, aku ngga tahan lagi.”
Amir: “Bukannya kalian seagama?”
Budi: “Memang sob…”
Amir: “Lantas kenapa sampai bercerai karena perbedaan keyakinan?!”
Budi: “Selama ini aku selalu yakin bahwa aku ini ganteng, tapi Lina tidak bisa menerima keyakinanku itu dan selalu mempermasalahkannya.”
Amir: "…"

Cerita lucu gokil : Berhenti Ngerokok
Setelah selesai membaca buku tentang bahaya merokok.
Andi mengetahui bahwa merokok itu sangat berbahaya.
kemudian ia berjanji kepada dirinya sendiri,
yang kemudian janjinya itu ditulis di tembok yang berbunyi :
” Setelah membaca buku dan mengetahui bahayanya merokok,
mulai sekarang saya berjanji, saya akan berhenti MEMBACA!!!”

Cerita gokil : Otak Dosen
Di sebuah ruang kelas, para mahasisawa sedang mengikuti mata kuliah Filosofi. Dosen yang mengajar mencoba melemparkan topik diskusi tentang Tuhan. “Ada yang pernah melihat Tuhan?” tanya si dosen.
Semua diam tak menjawab. “Ada yang pernah mendengar Tuhan bersuara?” si dosen bertanya lagi. Kali ini pun tak ada yang menyahut.
“Ada yang pernah menyentuh Tuhan?” tanya dosen. Semua diam.
“Kesimpulannya tidak ada Tuhan,” kata dosen senang. Terdengar gumaman protes, sampai akhirnya seorang mahasiswa berdiri bertanya,
“Ada yang pernah melihat otak Pak Dosen?” Tak ada jawaban.
“Ada yang pernah mendengar otak Pak Dosen?” Tak seorangpun menjawab.
“Ada yang pernah menyentuh otak Pak Dosen?” Sekali lagi hening.
“Kesimpulannya Pak Dosen tidak punya otak,” kata mahasiswa.

Cerita gokil : Cerai
Hakim: Kenapa mau bercerai?
Udin: Sudah tidak cocok lagi,
Pak Hakim. Hakim: Kok bisa gak cocok lagi?
Emangnya ukurannya siapa yang merubah?

Cerita gokil : Rujak Kelelawar
Seorang anak sedang mencuri mangga tetangganya. Ketahuan, pemilik menodongkan senapan angin untuk mengancamnya.
Pemilik pohon : "Hayo...kamu lagi ngapain...!!!" Sambil menodongkan senapan.
Melihat senapan angin ditodongkan anak tersebut panik dan gugup.
Pencuri : "Saya sedang mencari kelelawar buat rujak..."

Cerita gokil : Jatuh ke Kubangan
Bu Lina mengajar di kelas satu SD, ia orangnya sangat baik hati dan sering menasehati anak-anak jangan suka mengolok-ngolok kelemahan dan kemalangan orang lain. Pada suatu hari, Jono berlari kemari dan berkata kepada Bu Lina: "Bu guru, hari ini ada seorang anak kecil jatuh ke dalam kubangan, semua orang pada ketawa terpingkal-pingkal, hanya diriku yang tak tertawa."

"Jono sungguh-sungguh seorang anak yang patuh, apa yang kamu perbuat itu benar" puji Bu Lina. "Tetapi tadi yang jatuh ke dalam kubangan itu siapa?" tanya Bu Lina.
"Aku sendiri." Jawab Jono.

Cerita gokil : Nonton Bioskop
Setelah Budi telah membeli tiket film untuk dirinya sendiri dan pacarnya, dia masuk ke dalam untuk menemukan kursi sementara ia keluar lagi membeli beberapa popcorn. Pada saat dia kembali, preview sedang ditampilkan dan ruang bioskop menjadi gelap. Budi menerobos kegelapan bioskop, duduk dan memberikan ciuman mesra kepada pacarnya.

Lalu ia mendengar suara yang sangat akrab di telinganya yang berkata, "Sayang, kamu salah kursi. Aku duduk di belakang sini!"

Nah, semoga cerita gokil di atas bermanfaat sebagai hiburan. (ws)



cerita kocak

Cerita Kocak - Hal - hal kocak, gokil dan lucu memang sering dicari sebagai hiburan yang menyenangkan, salah satunya  dengan cerita kocak yang bisa bikin ngakak. Sebuah cerita yang kadang agak garing tapi setidaknya mengundang senyuman.
Berikut saya sajikan cerita kocak yang pastinya bisa menghibur pembaca semua.

CERITA KOCAK

Cerita Kocak

Cerita kocak : Gagal KB
Seorang ibu menemui dokter untuk periksa kehamilan Dokter: Loh ibu ini kan yg tempo hari periksa, emang ibu hamil lagi ya?
Ibu: iya dok?
Dokter: apa obat KB yang saya beri tempo hari ibu tidak minum?.
Ibu: minum dok ! Dokter: lantas kenapa ibu bisa hamil??
Ibu: ya, gimana tidak mau hamil dok, obat baru nyampe leher, celana dalam udah nyampe lutut.


Cerita kocak : Kepala Sekolah Nakal
Dalam pelajaran IPS di kelas nol kecil, Bu Guru mengenalkan jenis-jenis pekerjaan orang. Kemudian setiap anak diminta menyebutkan pekerjaan ibunya masing-masing.

Suzy : "Mamaku guru SMA."
Budi : "Mamaku punya toko."
Joni : "Mamaku seorang pelacur..."

Jawaban Joni membuat Bu Guru kaget gak karuan. Langsung saja Joni disuruh menghadap Bapak Kepala Sekolah. Sekitar lima belas menit kemudian Joni kembali ke kelas, sambil tersenyum-senyum sambil menunjukkan apel di tangannya.

Bu Guru: "Apa yang dikatakan Bapak Kepala Sekolah padamu?"
Joni : "Setiap pekerjaan adalah mulia dan punya sumbangan pada ekonomi. Kemudian beliau minta nomor HP mama, setelah itu saya dikasih apel."
Bu Guru: "???" Pingsan
Cerita kocak :  Berikan Saya Ciuman Terakhirmu
Seorang preman berwajah garang sedang mengendarai motor Harleynya, ketika melewati seorang gadis cantik bergaun panjang yg sedang berdiri di atas jembatan layang.

Ia menghentikan motornya dan bertanya : “apa yg sedang kamu lakukan ?”
Jawab sang Gadis :”saya ingin bunuh diri”

Mengambil kesempatan ini sang preman berkata :”kalau begitu sebelum kamu melompat, berikan saya ciumanmu yg terakhir”

Sang gadis pun menciumnya. Setelah ciuman berakhir, sang preman dengan wajah berseri-seri berkata: “mengapa kamu ingin bunuh diri ? Ciumanmu begitu panas dan menggairahkan. Pasti banyak lelaki yg akan tergila-gila dengan ciumanmu ini”

Dengan sedih sang gadis menjawab : “saya ingin bunuh diri karena orangtua dan keluarga saya menentang saya berpakaian dan berdandan seperti wanita”
Cerita kocak : Baru Saja Mengenal Komputer
Ucup baru saja belajar mengenal dunia perkomputeran. Ada-ada aja kejadian yang dia alami.

Suatu siang Ucup menelepon toko tempat dia baru saja membeli printer barunya, "Halo, selamat siang, ini Ucup. Saya tidak bisa ngeprint nih Pak. Setiap saat saya coba klik 'print' di monitor saya malah keluar tulisan 'Can't Find Printer' (printer tidak ditemukan). Padahal printernya udah saya taruh persis di depan monitor lho, Pak!"

Pada hari yang lain Ucup ketakutan sebab dia menghilangkan sesuatu dari monitornya, dan menelepon sebuah toko komputer, "Wah ada masalah gawat nih, Pak. Temanku baru saja memasang 'Screen Saver' di monitorku. Tapi setiap saya menggerakkan mouse, 'screen savernya' hilang!"

Cerita kocak : Salah Masuk
Dengan tergesa-gesa seorang nyonya masuk ke sebuah ruangan yang ia kira itu ruangan dokter.
Nyonya : "Dokter, apa yang salah ditubuh saya?"
Laki" : "Nyonya, anda terlalu gemuk, pupur anda terlalu tebal, lipstick anda terlalu merah, rambut anda perlu dicat, anda terlalu banyak merokok, dan satu lagi... anda masuk keruangan yang salah. Dokter ada di ruangan sebelah. Saya hanya pengantar koran."

Cerita kocak : Yang Penting Gratis
Sepasang suami-isteri yang terkenal pelitnya siang hari itu bersama ke-3 anak2nya yang masih kecil, memanggil sebuah mobil taksi yang kebetulan liwat, lalu menanyakan harganya, yang dijawab oleh sopir itu :
“Untuk orang dewasa ongkosnya Rp.50.000,- per-orangnya, sedangkan untuk anak2 GRATIS-dehhh…..”,
keruan saja jawaban ini membuat keduanya kegirangan, sembari menyuruh ke-3 anak2nya segera memasuki taksinya itu, bokap itu berkata : “Kalian pergilah duluan dengan mobil ini, Papa dan Mama akan menyusul kalian dengan naik bis kota sajaaaaa………”.

Cerita kocak : Sekali Sopir Tetap Sopir
Dua orang supir telibat percakapan disebuah warung:
Toro: Heh Jak, sekarang susah ya, jadi sopir truk!
Jaka: Lha, emangnya kenopo?
Toro: Ya.. kalau bawa truk isi motor, dirampok.. Bawa truk isi permen aja dirampok lho! Mana kerjaan saya bawa truk isinya motor!! Gimana ya, saya jadi takut. Mau berhenti nyopir truk gituan ah!
Jaka: Lho, emang ntar kamu mau nyopir apaan?
Toro: Mau nyopir mobil tinja..

Cerita kocak : Sayang Istri
Setelah mengamati kehidupan tetangganya, pada suatu pagi seorang istri bertanya pada sang suami.
Isteri : “Abang lihat deh tetangga kita yg baru pindah itu?”
Suami : “Kenapa?”
Isteri : “Tiap pagi sebelum pergi kerja, suami dia akan cium isterinya. Kalau pulang kerja, dia akan berikan isterinya sekuntum bunga mawar. Mesra banget mereka. Kenapa abang tidak seperti itu?”
Suami : “Mau mampus apa?… Mana abang kenal sama isterinya?”

Cerita kocak : Lampu Merah
Seorang pemuda pengendara sepeda motor, sedang melaju dengan kecepatan 180 km/jam melintasi jalan raya di tengah kota.
Ketika ia melihat didepannya ada sebuah perempatan dan lampu pengatur LaLin-nya menunjukkan warna kuning, ia pun menambah gasnya, hingga pada waktu lampu merah menyala, ia terus melaju tanpa berhenti. Akibatnya, petugas polisi LaLin, mengejar sang pemuda itu karena telah menerjang Lampu merah.
Tak beberapa lama kemudian, tertangkaplah sang pemuda itu oleh polisi yang mengejarnya.
“Selamat siang, mas! ” tanya polisi tersebut.
“Selamat siang, Pak!” jawab si pemuda.
“Mengapa anda tidak berhenti ketika lampu merah tadi menyala? Anda tidak tahu, apa artinya merah?” tanya sang polisi.
“Berani, Pak!!!” jawab si pemuda.

Cerita kocak : Pak Polisi, PSK dan Nenek
polisi merazia beberapa psk serta menggiring mereka ke kantor polisi untuk diinterogasi satu per satu.

karena sangat banyaknya psk yang terjaring, antrian hingga keluar pagar kantor polisi.
tidak lama lantas, lewatlah seorang nenek yang akan beli minyak tanah.
dikarenakan lihat keramaian, si nenek ajukan pertanyaan pada psk yang berdiri pada antrian sangat belakang.

cu, lagi antri apaan ?

dikarenakan malu berterus terang, si psk menjawab sekenanya, lagi ngantri permen, nek.
begitu kagetnya si psk nyatanya nenek itu turut antri.

si psk ajukan pertanyaan, lagi ngapain, nek ?.

nenek juga akan permen, cu.
singkat cerita sampailah giliran si nenek untuk diinterogasi.

begitu kaget sang polisi lihat nenek yang telah renta itu terhitung didalam antrian psk.
dengan amat hati-hati si polisi ajukan pertanyaan, apa nenek tetap sanggup ?

si nenek menjawab dengan nada bergetar dikarenakan umur yang telah sepuh, kaaaloo hanya isep-isep sih nenek tetap oke, cu…. !

Cerita lucu kocak :
Cewekku ke salon 3 kali seminggu, apa ga kebangetan coba?
Kata Cowok2 : Itu namanya merawat diri, kalo cewekmu cantik kan kamu juga yg senang
Cowokku ke salon 3 kali seminggu, apa ga kebangetan coba?
Kata Cewek2 : Jangan2 salonnya salon plus-plus.
Bu guru: “Andi..! coba kamu jawab, siapa itu Thomas Alfa Edison..?”
Andi: “Tidak tau bu guru…”.
Bu guru: “Kalo James Watt, siapa dia..?”
Andi: “Ndak tau juga bu guru..”
Bu guru: “Andi! Bagaimana sih kamu ini? ditanya ini itu pasti jawab tidak tau… Tidak pernah belajar ya?”
Andi: “Belajar kok bu guru… Lah coba Andi tanya, bu guru tau ndak siapa Arifin Widodo..?”
Bu guru: “Tidak tau…”
Andi: “Kalau Bambang Setiono Ibu tau?”
Bu guru: “Tidak tau… Emang siapa mereka itu..?”
Andi: “Yaa itulah Bu…, kita khan pasti punya kenalan sendiri-sendiri..”
Semoga cerita kocak tersebut bisa menghibur Anda semua. (ws)

cerita rakyat

Cerita rakyat adalah legenda Indonesia yang terpelihara di masyarakat sekitar yang dapat memberi nilai moral. Dalam negara kita yang kaya akan berbagai suku, adat dan budaya melahirkan banyak cerita rakyat yang menarik. Masing-masing daerah mempunyai cerita rakyat / legenda yang masih diyakini dan dianut nilai-nilainya sampai sekarang.
Dunia pendididikan pun sering menjadikan cerita rakyat sebagai tugas bagi para pelajarnya. Dan untuk menambah pengetahuan kita tentang negeri kita ini, berikut saya sajikan beberapa cerita rakyat dari beberapa daerah di Indonesia. 

CERITA RAKYAT

cerita rakyat 

Cerita rakyat dari Jawa Tengah
Legenda Rawa Pening
Dahulu, di lembah antara Gunung Merbabu dan Telomoyo terdapat sebuah desa bernama Ngasem. Di desa itu tinggal sepasang suami-istri yang bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta yang dikenal pemurah dan suka menolong sehingga sangat dihormati oleh masyarakat. Sayangnya, mereka belum mempunyai anak. Meskipun demikian, Ki Hajar dan istrinya selalu hidup rukun. Setiap menghadapi permasalahan, mereka selalu menyelesaikannya melalui musyawarah.
Suatu hari, Nyai Selakanta duduk termenung seorang diri di depan rumahnya. Tak lama kemudian, Ki Hajar datang menghampiri dan duduk di sampingnya.
“Istriku, kenapa kamu terlihat sedih begitu?” tanya Ki Hajar.
Nyai Selakanta masih saja terdiam. Ia rupanya masih tenggelam dalam lamunannya sehingga tidak menyadari keberadaan sang suami di sampingnya. Ia baru tersadar setelah Ki Hajar memegang pundaknya.
“Eh, Kanda,” ucapnya dengan terkejut.
“Istriku, apa yang sedang kamu pikirkan?” Ki Hajar kembali bertanya.
“Tidak memikirkan apa-apa, Kanda. Dinda hanya merasa kesepian, apalagi jika Kanda sedang pergi. Sekiranya di rumah ini selalu terdengar suara tangis dan rengekan seorang bayi, tentu hidup ini tidak sesepi ini,” ungkap Nyai Selakanta, “Sejujurnya Kanda, Dinda ingin sekali mempunyai anak. Dinda ingin merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang.”
Mendengar ungkapan isi hati istrinya, Ki Hajar menghela nafas panjang.
“Sudahlah, Dinda. Barangkali belum waktunya Tuhan memberi kita anak. Yang penting kita harus berusaha dan terus berdoa kepada-Nya,” ujar Ki Hajar.
“Iya, Kanda,” jawab Nyai Selakanta sambil meneteskan air mata.  (cerita rakyat)
Ki Hajar pun tak kuasa menahan air matanya melihat kesedihan istri yang amat dicintainya itu.
“Baiklah, Dinda. Jika memang Dinda sangat menginginkan anak, izinkanlah Kanda pergi bertapa untuk memohon kepada Yang Mahakuasa,” kata Ki Hajar.
Nyai Selakanta pun memenuhi keinginan suaminya, meskipun berat untuk berpisah. Keesokan harinya, berangkatlah Ki Hajar ke lereng Gunung Telomoyo. Tinggallah kini Nyai Selakanta seorang diri dengan hati semakin sepi.
Berminggu-minggu, bahkan sudah berbulan-bulan Nyai Selakanta menunggu, namun sang suami belum juga kembali dari pertapaannya. Hati wanita itu pun mulai diselimuti perasaan cemas kalau-kalau terjadi sesuatu pada suaminya.
Suatu hari, Nyai Selakanta merasa mual dan kemudian muntah-muntah. Ia pun berpikir bahwa dirinya sedang hamil. Ternyata dugaannya benar. Semakin hari perutnya semakin membesar. Setelah tiba saatnya, ia pun melahirkan. Namun, alangkah terkejutnya ia karena anak yang dilahirkan bukanlah seorang manusia, melainkan seekor naga. 

cerita rakyat
Ia menamai anak itu Baru Klinthing. Nama ini diambil dari nama tombak milik suaminya yang bernama Baru Klinthing. Kata “baru” berasal dari kata bra yang artinya keturunan Brahmana, yaitu seorang resi yang kedudukannya lebih tinggi dari pendeta. Sementara kata “Klinthing” berarti lonceng.
Ajaibnya, meskipun berwujud naga, Baru Klinthing dapat berbicara seperti manusia. Nyai Selakanta pun terheran-heran bercampur haru melihat keajaiban itu. Namun di sisi lain, ia juga sedikit merasa kecewa. Sebab, betapa malunya ia jika warga mengetahui bahwa dirinya melahirkan seekor naga. Untuk menutupi hal tersebut, ia pun berniat untuk mengasingkan Baru Klinthing ke Bukit Tugur. Tapi sebelum itu, ia harus merawatnya terlebih dahulu hingga besar agar dapat menempuh perjalanan menuju ke lereng Gunung Telomoyo yang jaraknya cukup jauh. Tentu saja, Nyai Selakanta merawat Baru Klinthing dengan sembunyi-sembunyi, tanpa sepengetahuan warga. (cerita rakyat)
Waktu terus berjalan. Baru Klinthing pun tumbuh menjadi remaja. Suatu hari, anak itu bertanya kepada ibunya. 
“Bu, apakah aku mempunyai ayah?” tanyanya dengan polos.
Nyai Selakanta tersentak kaget. Ia benar-benar tidak pernah menduga pertanyaan itu keluar dari mulut anaknya. Namun, hal itu telah menyadarkan dirinya bahwa sudah saatnya Baru Klinthing mengetahui siapa ayahnya. 
“Iya, anakku. Ayahmu bernama Ki Hajar. Tapi, ayahmu saat ini sedang bertapa di lereng Gunung Telomoyo. Pergilah temui dia dan katakan padanya bahwa engkau adalah putranya,” kata Nyai Selakanta.
“Tapi, Bu. Apakah ayah mau mempercayaiku dengan tubuhku seperti ini?” tanya Baru Klinthing dengan ragu.
“Jangan khawatir, Anakku! Bawalah pusaka tombak Baru Klinthing ini sebagai bukti,” ujar Nyai Selakanta, “Pusaka itu milik ayahmu.”
Setelah memohon restu dan menerima pusaka dari ibunya, Baru Klinthing berangkat menuju lereng Gunung Telomoyo. Setiba di sana, masuklah ia ke dalam gua dan mendapati seorang laki-laki sedang duduk bersemedi. Kedatangan Baru Klinting rupanya mengusik ketenangan pertapa itu.
“Hai, siapa itu?” tanya pertapa.
“Maafkan saya, tuan, jika kedatangan saya mengganggu ketenangan Tuan,” kata Baru Klinting.
Betapa terkejutnya pertapa itu saat melihat seekor naga yang dapat berbicara.
“Siapa kamu dan kenapa kamu bisa berbicara seperti manusia?” tanya pertapa itu dengan heran.
“Saya Baru Klinthing,” jawab Baru Klinthing. “Kalau boleh tahu, apakah benar ini tempat pertapaan Ki Hajar?”
“Iya, aku Ki Hajar. Tapi, bagaimana kamu tahu namaku? Siapa kamu sebenarnya?” tanya pertapa itu penasaran.
Mendengar jawaban itu, Baru Klinthing langsung bersembah sujud di hadapan ayahnya. Ia kemudian menjelaskan siapa dirinya. Awalnya, Ki Hajar tidak percaya jika dirinya memiliki anak berujud seekor naga. Ketika naga itu menunjukkan pusaka Baru Klinthing kepadanya, Ki Hajar pun mulai percaya. Namun, ia belum yakin sepenuhnya. (cerita rakyat)
“Baiklah, aku percaya jika pusaka Baru Klinthing itu adalah milikku. Tapi, bukti itu belum cukup bagiku. Jika kamu memang benar-benar anakku, coba kamu lingkari Gunung Telomoyo ini!” ujar Ki Hajar.
Baru Klinthing segera melaksanakan perintah tersebut untuk meyakinkan sang ayah. Berbekal kesaktian yang dimiliki, Baru Klinting berhasil melingkari Gunung Telomoyo. Akhirnya, Ki Hajar pun mengakui bahwa naga itu adalah anaknya. Setelah itu, ia kemudian memerintahkan anaknya untuk bertapa di Bukit Tugur.
“Pergilah bertapa ke Bukit Tugur!” ujar Ki Hajar, “Suatu saat kelak, tubuhmu akan berubah menjadi manusia.”
“Baik,” jawab Baru Klinthing. 

cerita rakyat
Sementara itu, tersebutlah sebuah desa bernama Pathok. Desa ini sangat makmur, namun sayang penduduk desa ini sangat angkuh. Suatu ketika, penduduk Desa Pathok bermaksud mengadakan merti dusun (bersih desa), yaitu pesta sedekah bumi setelah panen. Untuk memeriahkan pesta, akan digelar berbagai pertunjukan seni dan tari. Berbagai makanan lezat pun akan disajikan sebagai hidangan bersama dan jamuan untuk para tamu undangan. Untuk itulah, para warga beramai-ramai berburu binatang di Bukit Tugur.
Sudah hampir seharian mereka berburu, namun belum satu pun binatang yang tertangkap. Ketika hendak kembali ke desa, tiba-tiba mereka melihat seekor naga sedang bertapa. Naga ini tak lain adalah Baru Klinthing. Mereka pun beramai-ramai menangkap dan memotong-motong daging naga itu lalu membawanya pulang. Setiba di desa, daging naga itu mereka masak untuk dijadikan hidangan dalam pesta.(cerita rakyat)
Ketika para warga sedang asyik berpesta, datanglah seorang anak laki-laki yang tubuhnya penuh dengan luka sehingga menimbulkan bau amis. Rupanya, anak laki-laki itu adalah penjelmaan Baru Klinthing. Oleh karena lapar, Baru Klinthing pun ikut bergabung dalam keramaian itu. Saat ia meminta makanan kepada warga, tak satu pun yang mau memberi makan. Mereka justru memaki-maki, bahkan mengusirnya.
“Hai, pengemis. Cepat pergi dari sini!” usir para warga, “Tubuhmu bau amis sekali.”
Sungguh malang nasib Baru Klinthing. Dengan perut keroncongan, ia pun berjalan sempoyongan hendak meninggalkan desa. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang janda tua bernama Nyi Latung.
“Hai, anak muda. Kenapa kamu tidak ikut berpesta?” tanya Nyi Latung.
“Semua orang menolak kehadiranku di pesta itu. Mereka jijik melihat tubuhku,” jawab Baru Klinthing, “Padahal, saya lapar sekali.”
Nyi Latung yang baik hati itu pun mengajak Baru Klinthing ke rumahnya. Nenek itu segera menghidangkan makanan lezat.
“Terima kasih, Nek,” ucap Baru Klinthing, “Ternyata masih ada warga yang baik hati di desa ini.”
“Iya, cucuku. Semua warga di sini memiliki sifat angkuh. Mereka pun tidak mengundang Nenek ke pesta karena jijik melihatku,” ungkap Nyi Latung.
“Kalau, begitu. Mereka harus diberi pelajaran,” ujar Baru Klinthing. “Jika nanti Nenek mendengar suara gemuruh, segeralah siapkan lesung kayu (lumpang: alat menumbuk padi)!”
Baru Klinthing kembali ke pesta dengan membawa sebatang lidi. Setiba di tengah keramaian, ia menancapkan lidi itu ke tanah.
“Wahai, kalian semua. Jika kalian merasa hebat, cabutlah lidi yang kutancapkan ini!” tantang Baru Klinthing.
Merasa diremehkan, warga pun beramai-ramai hendak mencabut lidi itu. Mula-mula, para anak kecil disuruh mencabutnya, tapi tak seorang pun yang berhasil. Ketika giliran para kaum perempuan, semuanya tetap saja gagal. Akhirnya, kaum laki-laki yang dianggap kuat pun maju satu persatu. Namun, tak seorang pun dari mereka yang mampu mencabut lidi tersebut. (cerita rakyat)
“Ah, kalian semua payah. Mencabut lidi saja tidak bisa,” kata Baru Klinthing.
Baru Klinthing segera mencabut lidi itu. Karena kesaktiannya, ia pun mampu mencabut lidi itu dengan mudahnya. Begitu lidi itu tercabut, suara gemuruh pun menggentarkan seluruh isi desa. Beberapa saat kemudian, air menyembur keluar dari bekas tancapan lidi itu. Semakin lama semburan air semakin besar sehingga terjadilah banjir besar. Semua penduduk kalang kabut hendak menyelamatkan diri. Namun, usaha mereka sudah terlambat karena banjir telah menenggelamkan mereka. Seketika, desa itu pun berubah menjadi rawa atau danau, yang kini dikenal dengan Rawa Pening.
Sementara itu, usai mencabut lidi, Baru Klinthing segera berlari menemui Nyi Latung yang sudah menunggu di atas lesung yang berfungsi sebagai perahu. Maka, selamatlah ia bersama nenek itu. Setelah peristiwa itu, Baru Klinthing kembali menjadi naga untuk menjaga Rawa Pening. cerita rakyat

Cerita rakyat dari  Sumatera Barat 
Malin Kundang
Dahulu kala di Padang Sumatera Barat tepatnya di Perkampungan Pantai Air Manis ada seorang janda bernama Mande Rubayah. Ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang. Malin sangat disayang oleh ibunya, karena sejak kecil Malin Kundang sudah ditinggal mati oleh ayahnya.

Malin dan ibunya tinggal di perkampungan nalayan. Ibunya suah tua ia hanya bekerja sebagai penjual kue. Pada suatu hari Malin jatuh sakit. Tubuhnya mendadak panas sekali. Mande Rubayah tentu saja sangat bingung. Tidak pernah Malin jatuh sakit seperti ini. Mande Rubayah berusaha sekuatnya unuk mengabobati Malin dengan mendatangkan tabib.

Nyawa Malin yang hampir melayang itu akhirnya dapat diselamatkan berkat usaha keras ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia makin disayang. Demikianlah Mande Rubayah sangat menyayangi anaknya. Sebaliknya Malin juga amat sayang kepada ibunya.

Ketika sudah dewasa, Malin berpamitan kepada ibunya untuk pergi merantau. Pada saat itu memang ada kapal besar yang merapat di Pantai Air Manis. (cerita rakyat)

“Bu, ini kesempatan yang baik bagi saya,” kata Malin. “Belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Saya berjanji akan merubah nasib kita sehingga kita akan menjadi kaya raya.”


Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengijinkan anaknya pergi. Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus.

Hari-hari berlalu terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut. Ia bertanya-tanya dalam hati, sampai di manakah anaknya kini? Jika ada ombak dan badai besar menghempas ke pantai, dadanya berdebar-debar. Ia mengadahkan kedua tangannya ke aas sembari berdo’a agar anaknya selamat dalam pelayaran. Jika ada kapal yang datang merapat ia selalu menanyakan kabar tentang anaknya. Tetapi semua awak kapal atau nahkoda tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Malin tidak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunya. (cerita rakyat)

Itulah yang dilakukan Mande Rubayah setiap hari selama bertahun-tahun. Tubuhnya semakin tua dimakan usia. Jika berjalan ia mulai terbungkuk-bungkuk.

Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang dulu membawa Malin bahwa sekarang malin telah menikah dengan seorang gadis cantik putri seorang bangsawan kaya raya. Ia turut gembira mendengar kabar itu. Ia selalu berdo’a agar anaknya selamat dan segera kembali menjenguknya.

“Ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang...” rintih MANDE RUBAYAH tiap malam.

Namun hingga berbulan – bulan semenjak ia menerima kabar malin belum juga datang menengoknya. Namun ia yakin bahwa pada suatu saat Malin pasti akan kembali.

Harapannya terkabul. Pada suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang indah berlayar menuju pantai. Kapal itu megah dan bertingkat – tingkat. Orang kampung mengira kapal itu milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira.
cerita rakyat
Ketika kapal itu mulai merapat, tampak sepasang muda mudi berdiri di anjungan. Pakaian mereka berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum. Mereka nampak bahagia karena disambut dengan meriah.

Mande Rubayah ikut berdesakan melihat dan mendekati kapal. Jantungnya berdebar keras. Dia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anak kesayangannya si Malin Kundang.


Belum lagi tetua desa sempat menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. Ia langsung memeluk malin erat – erat. Seolah takut kehilangan anaknya lagi.

“Malin, anakku,” katanya menahan isak tangis karena gembira.

“Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?”

Malin terpana karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang – camping itu. Ia tak percaya bahwa wanita itu adalah ibunya. Seingat Malin, ibunya adalah seorang wanita berbadan tegar yang kuat menggendongnya kemana saja. Sebelum dia sempat berpikir dengan tenang, istrinya yang cantik itu meludah sambil berkata, “Cuih! Wanita buruk inikah ibumu? Mengapa kau membohongi aku?” (cerita rakyat)

lalu dia meludah lagi. “Bukankah dulu kau katakan ibumu adalah seorang bangsawan sederajad dengan kami?”

Mendengar kata – kata istrinya, Malin Kundang mendorong wanita itu hingga terguling ke pasir. Mande Rubayah hampir tidak percaya pada perikau anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata, “Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, nak!”

Malin Kundang tidak menghiraukan perkataan ibunya. Pikirannya kacau karena ucapan istrinya. Seandainya wanita itu benar ibunya, dia tidak akan mengakuinya. Ia malu kepada istrinya. Melihat wanita itu beringsut hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata, “Hai, perempuan tua! Ibuku tidak seperti engkau! Melarat dan dekil!”

Wanita tua itu terkapar di pasir. Orang banyak terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Tak disangka Malin yang dulu disayangi tega berbuat demikian. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi. Dilaut dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Hatinya perih seperti ditusuk-tusuk. Tangannya ditadahkannya ke langit. Ia kemudian berseru dengan hatinya yang pilu, “Ya, Allah Yang Maha Kuasa, kalau dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu, Ya Tuhan ...!” (cerita rakyat)

Tidak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya. Entah bagaimana awalnya tiba-tiba datanglah badai besar. Menghantam kapal malin kundang. Disusul sambaran petir yang menggelegar. Seketika kapal itu hancur berkeping-keping. Kemudian terhempas ombak hingga ke pantai.

Ketika mathari pagi memancarkan sinarnya, badai telah reda. Di kaki bukit terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang. Tak jauh dari tempat itu nampak sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia. Konon itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya menjadi batu. Disela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang.

Demikianlah sampai sekarang jika ada ombak besar menghantam batu-batu yang mirip kapal dan manusia itu, terdengar bunyi seperti lolongan jeritan manusia. Sungguh memilukan kedengarannya. Kadang-kadang bunyinya seperti orang meratap menyesali diri. “Ampuuuun, Bu ... ! Ampuuuun... Buuuuu ... !” konon itulah suara si Malin Kundang. (cerita rakyat)

Dari cerita rakyat tersebut, bahwa Orang yang durhaka kepada orang tuanya terutama kepada ibunya,
orang tersebut tidak akan bisa masuk surga kecuali setelah mendapat pengampunan dari ibunya. 


Cerita rakyat dari Kalimantan Timur
Asal Mula Nama Kota Balikpapan 
Dahulu, di Tanah Pasir, Kalimantan Timur, terdapat sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh Raja Aji Muhammad yang terkenal adil dan bijaksana. Berkat kepemimpinan Sang Raja, negeri itu senantiasa aman, makmur, dan sentosa. Penduduknya hidup dari hasil laut dan pertanian yang melimpah. Negeri itu memiliki wilayah yang cukup luas, salah satunya adalah sebuah teluk dengan pemandangan yang amat indah.
Raja Aji Muhammad memiliki seorang putri bernama Aji Tatin. Dialah calon tunggal pewaris tahta kerajaan. Itulah sebabnya, semua kasih sayang ayah dan ibunya tercurah kepada Aji Tatin. Puluhan dayang-dayang istana selalu mendampingi Aji Tatin untuk menjaga, merawat, melindunginya dan memastikan segala keperluan Aji Tatin terpenuhi.
Setelah beranjak dewasa, Putri Aji Tatin dinikahkan dengan seorang putra bangsawan dari Kutai. Sebagai putri tunggal, pesta pernikahan Aji Tatin dilangsungkan sangat meriah. Puluhan sapi dan kerbau disembelih untuk dihindangkan kepada para tamu undangan dari berbagai penjuru negeri. Tidak hanya para pembesar dari kerajaan tetangga, tetapi juga seluruh rakyat negeri itu turut berpesta. Hari itu merupakan hari indah dan bahagia bagi kedua mempelai.
Saat pesta sedang berlangsung, Raja Aji Muhammad bangkit dari singgasananya untuk memberikan hadiah kepada putri tercitanya.
“Putriku, Aji Tatin, di hari yang penuh bahagia ini Ayah memberikan wilayah teluk yang indah dan mempesona itu sebagai hadiah pernikahanmu,” kata sang Raja di hadapan putri dan disaksikan oleh seluruh undangan, “Kini, teluk itu telah menjadi wilayah kekuasaanmu. Engkau pun boleh memungut upeti dari rakyatmu.”
“Terima kasih, Ayahanda. Semoga Ananda bisa menjaga amanat ini,” ucap Putri Aji Tatin dengan perasaan bahagia.
Sejak itulah, Putri Aji Tatin menjadi raja di teluk tersebut. Untuk memungut upeti dari rakyat, ia dibantu oleh suaminya dan seorang abdi setia bernama Panglima Sendong. Ketika itu, upeti yang dipungut dari rakyatnya berupa hasil bumi, terutama kayu yang sudah berbentuk papan. Papan tersebut akan digunakan untuk membangun istana.  (cerita rakyat)
Suatu hari, orang-orang kepercayaan Putri Aji Tatin yang dipimpin oleh Panglima Sendong sedang memungut upeti dari rakyat. Upeti berupa papan tersebut diangkut melalui laut dengan menggunakan perahu. Namun, ketika mereka telah hampir sampai di teluk, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Selang beberapa saat kemudian, gelombang laut yang amat dahsyat menerjang perahu yang mereka tumpangi. Seluruh penumpang perahu menjadi sangat panik.
“Ayo, cepat dayung perahunya ke teluk!” teriak Panglima Sendong.
Mendengar seruan itu, para pendayung pun segera mengayuh perahu mereka dengan cepat. Namun, semuanya sudah terlambat. Sebelum perahu itu mencapai teluk, gelombang laut yang semakin besar menabrak bagian lambung perahu. Air laut pun masuk dan memenuhi seluruh bagian perahu. Tak ayal, perahu yang dipenuhi papan kayu itu pun terbalik.
Perahu yang sudah hampir tenggelam itu kemudian terbawa gelombang laut dan akhirnya terhempas ke sebuah karang di sekitar teluk sehingga pecah berantakan. Tokong (galah) para pendayung pun patah. Papan kayu yang memenuhi perahu itu sebagian hanyut ke laut dan sebagian yang lain terdampar di tepi teluk. Sementara itu, tak seorangpun dari penumpang perahu selamat, termasuk Panglima Sendong. 
cerita rakyat
Putri Aji Tatin dan suaminya amat bersedih atas musibah yang menimpa panglima dan orang-orang kepercayaannya. Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka wilayah teluk tempat perahu itu terbalik dinamakan Balikpapan, yaitu dari kata balik dan papan. Sementara itu, karang tempat terhempasnya perahu itu semakin lama semakin besar sehingga menjadi sebuah pulau. Hingga kini, pulau itu disebut Pulau Tukung yang berasal dari kata tokong, yaitu tokong para awak perahu yang patah akibat terhempas di karang. 
 
Cerita rakyat dari Sumatera Utara
DANAU TOBA
Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini”. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali. (cerita rakyat)
Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.
“Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya  kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.
cerita rakyat
Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.
Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. 

Cerita rakyat dari Kalimantan
Legenda Batu Menangis
Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.
Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
cerita rakyat
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia adalah pembantuku !"
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia adalah budakk!"
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa
"Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia...."
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
" Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu...Ibu...ampunilah anakmu.." Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut " Batu Menangis ".
Cerita rakyat dari Papua Barat
Asal Usul Burung Cenderawasih 
Pada zaman dahulu hiduplah seorang perempuan tua bersama anjing betinanya di daerah Pegunungan Bumberi, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Suatu hari, si perempuan tua dengan anjing kesayangannya sedang mencari makanan di hutan. Hari itu, mereka harus berjalan cukup jauh karena persediaan makanan di sekitar rumahnya sudah mulai berkurang. Setelah berjalan cukup jauh, mereka tiba di suatu tempat yang dipenuhi oleh pohon buah merah (sejenis pandan khas Papua) yang kebetulan telah berbuah. Perempuan tua itu segera memetik buah merah lalu diberikan kepada anjingnya yang kelaparan. Anjing betina itu langsung melahap buah merah hingga badannya terlihat segar kembali. 
Namun, beberapa saat kemudian, tiba-tiba anjing itu merasakan sesuatu yang bergerak-gerak di dalam perutnya. Perut anjing betina itu semakin membesar seperti sedang bunting. Ajaib, hanya dalam waktu yang tidak lama, anjing betina itu melahirkan seekor anak anjing yang mungil. Melihat keajaiban itu, perempuan tersebut juga bermaksud memakan buah merah agar mendapatkan keturunan seperti yang dialami oleh anjingnya.
“Oh, ajaib sekali buah merah itu,” kagum perempuan itu. “Aku ingin mencoba buah itu agar aku bisa melahirkan anak.” 
Perempuan itu segera memetik buah merah lalu memakannya. Begitu ia menelan buah tersebut, perutnya tiba-tiba mengalami hal yang serupa dengan anjingnya, perutnya semakin lama semakin membesar. Segera saja sang perempuan bergegas pulang ke pulang. Setiba di rumah, ia akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu diberi nama Kweiya. (cerita rakyat)
Sepuluh tahun kemudian, Kweiya telah tumbuh menjadi remaja. Kweiya sangat rajin membantu ibunya bekerja dengan membuka hutan untuk dijadikan kebun sayur. Namun karena hanya menggunakan kapak batu, ia hanya mampu menebang satu batang pohon setiap hari. Sementara itu, ibunya hanya bisa membantu membakar daun-daun dari pohon yang telah rebah. Akibatnya, asap tebal pun mengepul dan membumbung tinggi ke udara. Tanpa mereka sadari, ternyata asap tebal tersebut telah menarik perhatian seorang pria tua yang sedang mengail di sebuah sungai.
“Hai, dari mana asal asap tebal itu? Siapa yang sedang membakar hutan?” gumam pria tua itu.
Oleh karena penasaran, pria tua itu segera mencari sumber asap tebal tersebut. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, sampailah ia di tempat asap itu berasal. Di tempat itu, ia mendapati seorang remaja tampan sedang menebang pohon di bawah terik matahari.
“Weing weinggiha pohi (selamat siang), anak muda,” sapa pria tua itu. “Siapa kamu dan mengapa menebang hutan di sini?” 
“Nama saya Kweiya. Saya ingin membuat kebun untuk membantu ibu saya” jawab Kweiya
Pria tua itu mengerti bahwa Kweiya adalah anak yang berbakti kepada orang tua. Maka, ia pun memberikan kapak besinya kepada Kweiya.
“Kalau begitu, ambillah kapak besi ini. Kamu akan lebih cepat menebang pohon,” kata pria tua itu.  “Terima kasih Pak,” jawab Kweiya.
Kweiya pun dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Dalam waktu singkat, ia mampu merobohkan beberapa pohon yang besar. Setelah itu, ia bergegas pulang untuk menceritakan hasil pekerjaannya kepada ibunya. Ibunya pun amat heran saat mendengar cerita itu.
“Bagaimana kamu bisa secepat itu menebang pohon-pohon, anakku? Alat apa yang kamu gunakan?” tanya ibunya heran. (cerita rakyat)
Kweiya terdiam sejenak. Ia tampaknya ingin merahasiakan pria tua yang telah membantunya itu.
“Aku tidak tahu juga, Bu. Kebetulan tadi tangan saya terlalu ringan mengangkat kapak sehingga dapat menebang pohon dengan cepat,” jawab Kweiya.
Mendengar jawaban itu, ibu Kweiya percaya begitu saja. Sementara itu, Kweiya meminta agar ibunya menyiapkan makanan yang banyak. Rupanya, Kweiya bermaksud mengajak pria tua itu ikut makan bersama sekaligus memperkenalkannya kepada ibunya.
“Bu, besok tolong siapkan makanan yang banyak,” pinta Kweiya.
 cerita rakyat
Keesokan harinya, ibu Kweiya memasak makanan yang cukup banyak. Sementara itu, Kweiya ingin membuat kejutan untuk ibunya. Ketika dalam perjalanan pulang ke pondoknya, ia membungkus pria tua itu dengan sejumlah pohon tebu lengkap dengan daunnya. Setiba di rumah, bungkusan tersebut diletakkan di depan pintu. Setelah itu, ia masuk ke dalam rumah dan seolah-olah merasa sangat haus. Ia pun meminta ibunya agar mengambilkan sebatang tebu untuk melepas rasa dahaganya. (cerita rakyat)
“Bu, aku haus sekali. Tolong ambilkan sebatang tebu di depan pintu itu,” pinta Kweiya.
Ibu Kweiya pun menuruti permintaan anaknya. Saat sang ibu membuka bungkusan daun tebu, ia sangat terkejut karena mendapati seorang pria tua sedang berbaring di dalam bungkusan. Seketika, ia pun menjerit ketakutan seraya berlari masuk ke dalam pondok.
“Kweiya, siapa pria tua itu? Kenapa dia ada di dalam bungkusan itu?” tanya ibunya heran.
Kweiya tersenyum seraya menenangkan hati ibunya.
“Maafkan aku, Bu,” ucap Kweiya. “Aku tidak bermaksud menakuti-nakuti Ibu. Sebenarnya, pria tua itulah yang telah menolongku menebang pohon di hutan. Aku mohon Ibu mau menerimanya sebagai teman hidup!”
Ibu Kweiya terdiam. Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia menerima permintaan anaknya. Sejak saat itu, pria tua tersebut tinggal bersama mereka. Kweiya dan ibunya pun tidak merasa kesepian lagi. 
Selang beberapa tahun kemudian, ibu Kweiya melahirkan dua anak laki-laki dan seorang perempuan dari hasil perkawinannya dengan pria tua itu. Kweiya menganggap ketiga adiknya tersebut sebagai adik kandung. Mereka hidup rukun dan saling menyayangi. Namun, hubungan persaudaraan mereka akhirnya menjadi retak karena kedua adik laki-lakinya merasa iri terhadap Kweiya. Mereka iri karena Kweiya selalu mendapat perhatian khusus dari ibu mereka.
Suatu hari, ketika kedua orangtua mereka sedang ke kebun, kedua adiknya mengeroyok Kweiya hingga luka-luka. Meskipun merasa kesal, Kweiya tidak tega membalas perbuatan kedua adiknya. Ia lebih memilih bersembunyi di salah satu sudut pondoknya sambil memintal tali dari kulit binatang sebanyak mungkin. Pintalan benang tersebut nantinya akan dibuat sayap.
Sementara itu, orangtua Kweiya baru saja tiba dari kebun. Ketika mengetahui Kweiya sedang tidak ada di rumah, sang ibu kemudian bertanya kepada adik-adik Kweiya.
“Ke mana abang kalian pergi?” tanya sang ibu.
“Tidak tahu Bu,” jawab kedua adik laki-laki Kweiya serentak.
Kedua adik laki-laki Kweiya ini rupanya takut menceritakan peristiwa perkelahian mereka yang menyebabkan Kweiya pergi dari rumah. Namun, adik bungsu mereka yang menyaksikan peristiwa tersebut menceritakannya kepada ibu mereka. Betapa sedihnya sang ibu saat mendengar cerita putri bungsunya itu. Ia kemudian berteriak memanggil-manggil Kweiya agar cepat kembali ke rumah. Namun, bukan Kweiya yang datang, melainkan suara burung yang terdengar. (cerita rakyat)
“Eek.. ek... ek... ek..!” begitu suara burung itu.
Suara itu ternyata suara Kweiya yang telah menyisipkan pintalan benang pada ketiaknya lalu melompat ke atas bubungan rumah dan selanjutnya terbang ke atas salah satu dahan pohon di depan rumah mereka. Kweiya rupanya telah berubah menjadi seekor burung yang amat indah dan bulunya berwarna-warni. Melihat peristiwa ajaib itu, sang ibu pun menangis tersedu-sedu sambil meminta benang pintalan kepada Kweiya.
“Kweiya, anakku. Apakah masih ada benang pintalan untukku?” tanya sang Ibu.
“Bagian Ibu aku sisipkan di dalam payung tikar,” jawab Kweiya.
Sang ibu pun segera mengambil pintalan benang itu lalu menyisipkan pada ketiaknya. Setelah berubah menjadi burung, ia kemudian mengepak-kepakkan sayapnya lalu terbang menyusul Kweiya yang bertengger di dahan pohon. Konon, kedua burung yang kini dikenal sebagai burung cenderawasih tersebut terlihat bercakap-cakap dengan kicauan mereka.
“Wong... wong... wong... wong...! Ko... ko... kok... ! Wo-wik!” demikian kicauan mereka yang tidak diketahui maksudnya.
Sejak itulah, burung cenderawasih jantan dan betina sering muncul di Fakfak, Papua Barat, dengan warna berbeda. Oleh masyarakat Onin, burung cenderawasih jantan yang bulunya cenderung lebih panjang kemudian dalam bahasa Lha disebut Siangga, sedangkan burung cenderawasih betina disebut Hanggam Tombor
Kedua adik laki-laki Kweiya yang menyaksikan peristiwa ajaib itu hanya bisa pasrah ditinggalkan oleh ibu dan kakak mereka. Mereka akhirnya saling menyalahkan sehingga mereka saling lempar abu tungku. Wajah mereka pun menjadi kelabu hitam, abu-abu, dan ada juga yang menjadi warna merah. Seketika itu pula, mereka pun berubah menjadi burung dan kemudian terbang ke hutan rimba untuk menyusul ibu dan kakak mereka. Itulah sebabnya, hutan rimba di Fakfak lebih banyak dipenuhi oleh beragam burung yang kurang menarik dibandingkan dengan burung cenderawasih.  
Cerita rakyat dari Jawa Timur
Asal Usul Nama Kota Surabaya
Dahulu, di perairan sebelah utara Jawa Timur, hiduplah seekor baya atau buaya dan seekor sura (hiu) yang saling bermusuhan. Kedua binatang buas yang sama-sama tangkas, kuat, dan ganas tersebut hampir setiap saat berkelahi untuk memperebutkan mangsa. Mereka kerap bertarung hingga berhari-hari lamanya, namun tidak pernah ada yang kalah maupun menang. Meskipun perilaku kedua binatang buas ini kerap mengganggu ketenteraman, namun tak satu pun hewan yang berani menghentikan pertikaian mereka.
Suatu ketika, si Baya dan si Sura merasa bosan terus-terusan berkelahi. Mereka sepakat untuk berdamai.
“Hai, Baya. Aku sudah bosan terus-terusan berkelahi,” kata si Sura.
“Benar katamu. Aku pun merasa demikian,” jawab si Baya. “Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk menghentikan permusuhan ini?”
“Hmmm... bagaimana kalau daerah kekuasaan kita bagi dua. Aku sepenuhnya berkuasa di dalam air. Semua mangsa yang ada di dalam air menjadi bagianku. Sementara kamu sepenuhnya berkuasa di daratan. Jadi, mangsamu hanya yang berada di daratan,” usul Sura. “Tapi, perlu kamu ketahui bahwa antara darat dan air yaitu adalah tempat yang dicapai air laut pada waktu pasang.”
“Baik, Sura. Aku setuju dengan usulanmu,” jawab si Baya.
Sejak itulah, si Baya dan si Sura tidak pernah lagi berkelahi. Binatang-binatang lain yang ada di sekitar mereka pun hidup tenteram dan damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung lama. Gara-garanya adalah Si Sura beberapa kali mencari mangsa di sungai, bukan di laut. Suatu hari, ketika si Sura mencari mangsa di sungai, si Baya akhirnya memergokinya. Tentu saja si Baya marah sekali melihat perilaku Si Sura.
“Hai, Sura. Berani-beraninya kamu memasuki wilayah kekuasaanku! Mengapa kamu melanggar perjanjian kita?” tanya si Baya dengan kesal.
“Siapa yang melanggar perjanjian? Hai, Baya, apakah kamu ingat isi perjanjian kita dulu bahwa akulah yang berkuasa di wilayah air? Bukankah sungai ini juga ada airnya?” kata si Sura.
Benar apa yang dikatakan si Sura. Tapi, si Baya tetap bersikeras ingin mempertahankan daerah kekuasaannya.
“Hai, Sura. Aku tahu kalau sungai ini ada airnya. Tapi, bukankah kamu lihat sendiri bila sungai ini berada di darat?” tanya si Baya, “Itu berarti sungai ini daerah kekuasaanku, sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut.”
Namun, si Sura tetap merasa bahwa alasannya yang paling kuat.
“Tidak bisa, Baya! Aku tidak pernah mengatakan bahwa air itu hanya ada di laut, tetapi air itu juga ada di sungai.”
“Hai, Sura. Kamu memang sengaja mencari gara-gara. Aku tidak sebodoh yang kamu kira,” kata si Baya. 
“Ha... ha... ha...,” si Sura tertawa terbahak-bahak. “Hai, Baya. Aku tidak perduli kamu bodoh atau pintar. Yang jelas sungai ini adalah wilayah kekuasaanku!”
Merasa ditipu, si Baya pun meminta agar perjanjian itu dibatalkan dan menantang si Sura untuk saling mengadu kekuatan.
“Baiklah kalau begitu, Sura. Perjanjian kita batal! Yang penting sekarang, siapa yang lebih kuat di antara kita, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal di wilayah ini,” tegas si Baya.
“Kamu menantangku berkelahi lagi, Baya? Siapa takut?” jawab si Sura.
Akhirnya, pertarungan sengit pun kembali terjadi antara kedua binatang buas itu. Kali ini, mereka bertarung mati-matian karena siapa pun di antara mereka yang kalah, dia harus meninggalkan wilayah tersebut. Tanpa menunggu waktu lagi, si Baya langsung menerjang si Sura yang berada di dalam air. Sementara itu, si Sura yang sudah bersiap-siap dengan cepat berkelit menghindari serangan.  (cerita rakyat)
Si Sura dan si Baya masih saling menerkam dan menggigit. Dalam suatu serangan, si Sura berhasil menggigit pangkal ekor si Baya. Air sungai yang semula jernih pun langsung berubah menjadi merah akibat darah yang keluar dari luka si Baya. Meskipun dalam keadaan terluka parah, si Baya terus berupaya melakukan perlawanan. Usahanya tidak sia-sia karena ia berhasil menggigit ekor si Sura hingga hampir terputus. Tak ayal, si Sura pun menjerit kesakitan seraya melarikan diri menuju lautan.
Si Baya merasa puas karena mampu mempertahankan wilayah kekuasaannya. Untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat setempat menamakan daerah tersebut “Surabaya”, yaitu diambil dari gabungan kata Sura dan Baya. Oleh pemerintah setempat, gambar ikan Sura dan Buaya dijadikan sebagai lambang kota Surabaya yang hingga kini masih dipakai. 
Cerita rakyat merupakan ciri khas budaya bangsa kita, maka dari itu kita wajib untuk melestarikannya. Selain itu, cerita rakyat juga mengandung unsur-unsur nasehat, petuah yang bisa sebagai bahan pelajaran bagi kita semua. Semoga cerita rakyat di atas dapat menambah pengetahuan kita semua. (ws)