Jumat, 15 Februari 2019

Sinopsis Novel Amelia Karya Tere Liye Dari Kiblat Kata

Hallo teman-teman, apa kabar ? Semoga kabar kalian selalu baik, amin.
Pada kesempatan kali ini, Kiblat Kata akan membagikan sebuah artikel tentang Sinopsis Novel Amelia Karya Tere Liye. Saya yakin teman-teman pasti sudah tahu siapa itu Tere Liye. Tere Liye adalah salah satu penyair ternama Indonesia yang memiliki nama asli Darwis. Ia lahir di Lahat, 21 Mei 1979. Tere Liye termasuk seorang novelis sukses, karena buku-bukunya selalu menjadi best seller dan cetak ulang dalam waktu yang relatif sebentar. Salah satunya adalah novel Amelia, yang akan Kiblat Kata bagikan.



Amelia merupakan judul novel karya dari penyair ternama Indonesia Darwis atau yang biasa dikenal dengan Tere Liye. Novel yang merupakan buku pertama dari serial Anak-anak Mamak karya Tere Liye ini diterbitkan oleh Republika dengan Cetakan I Bulan Oktober 2013 yang berjumlah 392 halaman dan tebal VI.
Buku ini menceritakan tentang kisah Amelia, seorang anak bungsu dari 4 bersaudara.  Amelia merupakan seorang anak yang memiliki banyak mimpi. Ingin pergi ke kota Kabupaten dan ingin menjadi seorang penemu hal-hal baru.  Namun, ia selalu diledek oleh kakak laki-lakinya Burlian dan Pukat bahwa ia harus menunggu rumah, tidak boleh kemana-mana saat dewasa nanti karena kewajiban seorang anak bungsu adalah menunggu rumah apalagi kalau anak bungsunya perempuan. Dirumah selalu diledek, disekolah pun ia harus menghadapi kesulitan dengan beberapa temannya.
Dan dibawah ini merupakan Sinopsis Novel Amelia Karya Tere Liye Dari Kiblat Kata 



 Sinopsis Novel Amelia Karya Tere Liye Dari Kiblat Kata




Kisah dari novel Amel ini diawali dari Petualangan tokoh Amelia ketika ia mulai jenuh, karena selalu diomeli oleh kakaknya yang bernama Eli. Setiap hari ia terus mengeluh karena diatur-atur oleh Eli. Eli selalu menyuruh-nyuruh Amelia, mencuci, menyetrika, dan pekerjaan rumah lainnya, setidaknya itu yang dirasakan Amelia. Amelia merasa tidak adil, karena kakaknya yang lain yaitu Burlian dan Pukat yang kerjaanya hanya bermain seharian tidak diomeli kak Eli.

Dari kejadian tersebut Amelia benci menjadi anak bungsu, ia ingin menjadi anak sulung seperti kak Eli. Apalagi Burlian dan Pukat sering mengolok-olok dirinya. Mengatakan jika Amelia tidak bisa pergi jauh, ia akan menjadi penunggu rumah, hanya penunggu rumah.

Suatu ketika, kekesalan Amelia pada kak Eli membuatnya melakukan tindakan yang tidak terpuji. Ia sengaja menyikat sepatunya menggunakan sikat gigi Eli. Eli yang mengetahui sikat giginya rusak melaporkan pada bapak. Wajah Amelia memerah, takut, penuh rasa bersalah. Dengan besar hati Amelia pun mengakui kesalahannya. Eli marah besar kepada Amelia, begitu pula dengan bapak. Amelia pun dihukum mengerjakan tugas Eli selama seminggu. 

Setelah kejadian itu, hubungan Amelia dan Eli menjadi lebih baik. Eli yang sebentar lagi akan mengikuti Ujian Nasional, harus fokus belajarnya. Maka selama itu, Amelia yang menggantikan tugas-tugas Eli di rumah. Amelia pun tidak keberatan, karena mengetahui bahwa Eli menyayanginya.

Keteguhan hati Amelia benar-benar diuji ketika ia harus merubah temannya Chuk Norris. Norris ini adalah anak yang sangat nakal. Menurut cerita, hal ini terjadi karena ia tak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ibu, atau lebih tepatnya ia membenci ibunya. Kata Ayah Norris, ibunya pergi ke kota meninggalkan mereka. 

Amelia sedikit demi sedikit mendekati Norris, mengajaknya berteman, dan mengerjakan PR bersama. Walaupun Amelia selalu ditolak Norris, tapi dia tidak pernah menyerah. Hingga lambat laun, hati Norris luluh. Ia mulai menerima Amel sebagai temannya. Bahkan mereka menjadi sahabat karib ketika Norris mengetahui, bahwa ibunya tidak pergi meninggalkannya. Ibunya dirawat di kota karena sakit. Kebencian di hatinya pun memudar. 

Amelia adalah anak yang kuat, bahkan ketika rapat tetua kampung di rumahnya ia memberanikan diri untuk melontarkan pendapat. Ia berpendapat bahwa tanaman kopi di kampung mereka tidak bagus, Ia berniat mengganti seluruh tanaman kopi dengan bibit kopi yang ia temukan di hutan. Walaupun awalnya diragukan, akhirnya penduduk kampung menyetujui penggantian tanaman kopi. Amel yang ditugaskan untuk menyemai bibitnya di belakang sekolah. 

Setelah semaian bibit kopi siap, rapat besar kampung diadakan dengan agenda persetujuan menggunakan kas kampung untuk biaya pembibitan tanaman kopi. Selain itu untuk membeli lahan tidak produktif milik salah satu warga, sebagai lahan percobaan. rapat itu berjalan alot, ketika ada beberapa orang yang tidak setuju penggunaan kas kampung. Tetapi setelah nek Kiba(guru ngaji kampung) menasehati mereka, akhirnya mereka setuju juga. 

Sebenarnya kisah Amelia berakhir di rapat besar itu, tetapi untuk menghindari kekecewaan pembaca karena endingnya tidak jelas, Tere Liye menjelaskan dalam epilog. Proyek penggantian tanaman kopi yang dicanangkan Amelia ternyata gagal total. Ketika polybag berisi dua ribu tanaman kopi sudah dipindahkan ke lahan percobaan, beberapa hari kemudian terjadi banjir bandang yang menenggelamkan lahan tersebut. Tanaman kopi muda di lahan tersebut pun mati, mengakibatkan rencana besar Amelia gagal total.

Amelia sangat sedih dengan kejadian itu, tetapi ia tidak menyerah. Ia meneruskan sekolahnya ke kota, kemudian melanjutkan sekolah di belanda, dan mendapat gelar doktor dari dua bidang sekaligus. Satu gelar doktornya datang dari bidang pedagogi, dan yang lain dari bidang pertanian kultur jaringan. Amelia kembali ke kampung dan menjadi guru di SD-nya dulu. Menjadi guru adalah cita-cita yang ia inginkan sejak awal. Ia terkesan melihat guru terbaik di desanya yaitu Pak Bin dan Nek Kiba. Selain itu, Amelia pun bersiap melanjutkan usahanya yang sempat gagal dulu, dengan kekuatan penuh yang ia miliki sekarang.









Sekian postingan artikel kali ini, semoga kisah dalam Novel Amelia diatas bisa memotivasi dan menginspirasi teman-teman semuanya.


Sampai berjumpa kembali di postingan-postingan artikel berikutnya.


Terima kasih

Senin, 11 Februari 2019

Sinopsis Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye Dari Kiblat Kata

Hallo teman-teman, apa kabar ? Semoga kabar kalian selalu baik ya, amin.
Pada kesempatan kali ini, Kiblat Kata akan membagikan sebuah artikel tentang Sinopsis Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye. Tapi sebelumnya, simak dulu sedikit penjelasan tentang Novel Bidadari-Bidadari Surga dibawah ini !

Gambar terkait
Bidadari-Bidadari Surga adalah salah satu novel karya dari penulis ternama yaitu Tere Liye yang diterbitkan oleh Republika pada tahun 2008 (Cetakan I ), 2010 ( Cetakan VI ). Novel ini berkisah tentang tentang pengorbanan seorang kakak untuk adik-adiknya agar adik-adiknya dapat melanjutkan pendidikan mereka. Untuk mewujudkan keinginannya itu ia rela harus berhenti sekolah sejak kelas 4 SD, bekerja di terik matahari setiap hari, bangun setiap jam 4 pagi karena harus mengolah gula aren  serta di malam hari menganyam rotan, meski pada dasarnya keempat adik-adiknya tersebut berasal dari darah yang berbeda dengan dirinya. Dari kisah yang mengharukan dan menyentuh hati itu, Novel Bidadari-Bidadari Surga menjadi Novel Best Seller.
Adapun tokoh-tokoh yang diceritakan dalam novel tersebut antara lain, Laisa (Kakak Pertama), Dalimunte (Adik Pertama, Professor), Ikanaru (Sigung Nakal), Wibisana (Sigung Nakal), Yashinta (Si Bungsu), Mamak (Ibu), Cie Hui (Istri Dalimunte), Cie Wulan (Istri Wibisana), Cie Jasmine (Istri Ikanaru).






Sinopsis Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye Dari Kiblat Kata 





Keluarga ini merupakan keluarga yang hidup disebuah desa terpencil yang berbatasan dengan hutan,oleh karena itulah Ayahnya Laisa, sang kepala keluarga meninggal dengan sangat na’as, beliau meniggal dicabik-cabik oleh binatang buas ketika masuk hutan untuk mencari kumbang.

Laisa yang merupakan anak sulung dari keluarga itu, maka dia dengan sigap mengambil alih pengurusan rumah tangga. Dia dengan tegar terus membantu Ibunya untuknya mengurus ke empat adik-adiknya,bahkan dia memutuskan untuk berhenti sekolah demi menghemat biaya dan memprioritaskan adik-adiknya.

Tak terhitung pengorbanan Laisa demi adik-adiknya. Dia rela putus sekolah, dia menghabiska waktunya hanya untuk bekerja dan membantu Ibunya agar memiliki biaya yang cukup untuk sekolah ketiga adiknya. Dengan kata lain, Laisa tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, dia hanya memikirkan kehidupan adik-adiknya. Dia berharap adik-adiknya akan bisa hidup danmeraih pendidikan yang tinggi hingga menjadi orang yang sukses.

Dalimunte,adik Laisa, anak kedua dari keluarga itu, juga sangat mengerti keadaan keluarga karenanya dia bertekad untuk belajar dengan giat agar bisa menjadi orang yang pintar dan dapat mengubah nasib kehidupan keluarga.

Dengan usaha dan do’a, kebun strawberry  yang mereka garap berhasil menghasilkan buah yang berkualitas dan siap dikirim dengan harga yang mahal. Kesuksesan tersebut membuat Dali bisa bersekolah lagi. Selain itu keadaan ekonomi di lembah tersebut semakin maju.
Akhirnya kerja keras dari Laisa berbuah manis. Adik-adiknya kini menjadi orang-oran sukses yang bias menjelajahi dunia. Adik-adiknya kini telah dewasa dan bertempat tinggal di Negara-negara yang berbeda dengan profesi yang berbeda-beda juga.

Tiba saatnya adik-adik Laisa menikah, namun mereka engan mendahului kakaknya Laisa. Tapi Laisa berusaha menyakinkan adik-adiknya bahwa dia taka pa-apa, dia memaksa adik-adiknya untuk menikah. Hingga ahirnya ketiga adik lekakinya kini telah memiliki keluarga masing-masing. Sisa si bungsu, Yhasinta, dia bersikukuh untuk tetap tidakmenikah sebelum kakaknya Laisa menikah.

Hingga ahirnya semua keluarga berkumpul kembali didesa mereka yang kini telah menjadi ladang strawberry sepanjang mata memandang. Mereka dipanggil pulang oleh Ibu karena Laisa ternyata mengidap penyakit kanker yang kini telah stadium ahir dan hanya tinggal menunggu ajal menjemput.

Mereka pulang  kerumah dan menyaksikan kakaknya lemah tak berdaya digerogoti oleh penyakit mematikan itu. Yashinta yang dating bersama kekasihnya masih belum ingin menikah meski Laisa meminta mereka untuk segera menikah sebelum dia meninggal. Awalnya Yhasinta tetap menolak untuk mendahului kakaknya. Namun karena kalimat kakaknya yang sangat menyentuh hatinya, Laisa ingin melihat Yhasinta sebelum dia meninggal karena dia sudah tidak bias hidup ebih lama lagi. Dan benar yang dikatakan oleh Laisa, sesaat setelah Ijab Kabul yang dilakukan didepan Laisa yang terbaring lemah di tempat tidur, saat itu pula Laisa menghembuskan nafas terakhirnya.






Sekian postingan kali ini. Semoga kisah dari Novel Bidadari-Bidadari Surga diatas bisa menginspirasi teman-teman semua.

Jangan lupa like, coment, dan share artikel diatas !


Terima kasih



Minggu, 10 Februari 2019

Sinopsis Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi Dari Kiblat Kata

Assalamu'alaikum wr wb.
Hallo teman-teman, apa kabar ? Semoga kabar kalian baik ya, amin.
Pada kesempatan kali ini, Kiblat Kata akan membagikan sebuah artikel yang berjudul Sinopsis Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi Dari Kiblat Kata. Tapi sebelumnya, simak dulu sedikit penjelasan tentang Novel Negeri 5 Menara dibawah ini !

Gambar terkait
Negeri 5 Menara merupakan salah satu novel karya penulis ternama yaitu Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2009. Novel Negeri 5 Menara ini adalah salah satu novel yang bertemakan pendidikan, karena novel ini bercerita tentang kehidupan 6 santri dari 6 daerah yang berbeda menuntut ilmu di Pondok Madani (PM) Ponorogo Jawa Timur yang jauh dari rumah dan berhasil mewujudkan mimpi menggapai jendela dunia. Keenam santri tersebut adalah Alif Fikri Chaniago dari Maninjau, Raja Lubis dari Medan, Said Jufri dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, Baso Salahuddin dari Gowa.
Dan dibawah ini merupakan Sinopsis Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi Dari Kiblat Kata.





Sinopsis Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi Dari Kiblat Kata





Kisah ini diawali lima sahabat yang sedang mondok di sebuah pesantren, dan kemudian bertemu lagi ketika mereka sudah beranjak dewasa. Uniknya, setelah bertemu, ternyata apa yang mereka bayangkan ketika menunggu Adzan Maghrib di bawah menara masjid benar-benar terjadi. Itulah cuplikan cerita novel laris Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi yang menjadi topik Kick Andy kali ini.

Ahmad Fuadi yang berperan sebagai Alif di novel itu berkisah, ia tak menyangka dan tak percaya bisa menjadi seperti sekarang ini. Pemuda asal Desa Bayur, Maninjau, Sumatera Barat itu adalah pemuda desa yang diharapkan bisa menjadi seorang guru agama seperti yang diinginkan kedua orangtuanya. Keinginan kedua orangtua Fuadi tentu saja tidak salah. Sebagai “amak” atau Ibu kala itu, menginginkan agar anak-anaknya menjadi orang yang dihormati di kampung seperti menjadi guru agama.

“Mempunyai anak yang sholeh dan berbakti adalah sebuah warisan yang tak ternilai, karena bisa mendoakan kedua orangtuanya mana kala sudah tiada,” ujar Ahmad Fuadi mengenang keinginan Amak di kampung waktu itu.

Namun ternyata Fuadi alias Alif mempunyai keinginan lain. Ia tak ingin seumur hidupnya tinggal di kampung. Ia mempunyai cita-cita dan keinginan untuk merantau. Ia ingin melihat dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah tokoh yang ia baca di buku atau mendengar cerita temannya di desa. Namun, keinginan Alif tidaklah mudah untuk diwujudkan. Kedua orangtuanya bergeming agar Fuadi tetap tinggal dan sekolah di kampung untuk menjadi guru agama. Namun berkat saran dari ”Mak Etek” atau paman yang sedang kuliah di Kairo, akhirnya Fuadi kecil bisa merantau ke Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. Dan, disinilah cerita kemudian bergulir. Ringkasnya Fuadi kemudian berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani,Dulmajid alias Monib, Baso alias Ikhlas Budiman dan Said alias Abdul Qodir.

Kelima bocah yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Gontor ini setiap sore mempunyai kebiasaan unik. Menjelang Azan Maghrib berkumpul di bawah menara masjid sambil melihat ke awan. Dengan membayangkan awan itulah mereka melambungkan impiannya. Misalnya Fuadi mengaku jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, sebuah negara yang ingin ia kunjungi kelak lulus nanti. Begitu pula lainnya menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir dan Benua Eropa.

Melalui lika liku kehidupan di pesantren yang tidak dibayangkan selama ini, ke lima santri itu digambarkan bertemu di London, Inggris beberapa tahun kemudian. Dan, mereka kemudian bernostalgia dan saling membuktikan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur.

Belajar di pesantren bagi Fuadi ternyata memberikan warna tersendiri bagi dirinya. Karena ia yang tadinya beranggapan bahwa pesantren adalah konservatif, kuno, dan juga kampungan ternyata adalah salah besar. Di pesantren ternyata benar-benar menjujung disiplin yang tinggi, sehingga membentuk para santri yang bertanggung jawab dan komitmen. Di pesantren mental para santri itu ”dibakar” oleh para ustadz agar tidak gampang menyerah. Setiap hari, sebelum masuk kelas, selalu didengungkan kata-kata mantera ”Manjadda Wajadda” jika bersungguh-sungguh akan berhasil.

”Siapa mengira jika Fuadi yang anak kampung kini sudah berhasil meraih impiannya untuk bersekolah dan bekerja di Amerika Serikat? Untuk itu, jangan berhenti untuk bermimpi,”








Sekian postingan artikel kali ini yaitu tentang Sinopsis Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi Dari Kiblat Kata.

Semoga bermanfaat


Terima kasih