BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam KTSP mata pelajaran IPS di SD/MI disebutkan bahwa mata pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar perserta didik memiliki sebagai berikut: (1). Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan lingkungannya. (2). Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. (3). Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian. (4). Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI. Siswa diharapkan mampu menyadari gejala sosial yang dihadapi dan memiliki kemampuan menyelesaikan secara logis sesuai dengan Nilai-nilai sosial kemanusian. Konsep-konsep gejala sosial bersifat abstrak sehingga harus disosialisasikan dalam kegiatan pembelajaran. Keabstrakan konsep-konsep materi IPS menjadi hambatan belajar siswa dalam memperoleh ketuntasan belajar. Hambatan belajar dalam hal kesulitan mengingat materi yang telah diajarkan, kesulitan memecahkan masalah dalam soal evaluasi tertulis, dan kesulitan dalam memahami soal tes tertulis.
Dari hasil observasi kelas ditemukan data tentang aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran sebagai berikut. (1). Siswa kurang disiplin dalam menyelesaikan Tugas-tugas perkerjaan rumah mata pelajaran IPS. (2). Siswa kadang-kadang menjahili Teman-temannya. (3). Siswa banyak berbicara sendiri, suka melamun, dan bermain dengan temannya. (4). Siswa belum dapat menyelesaikan tugas evaluasi tepat waktu. (5). Siswa sering ijin ke kamar mandi. (6). Siswa kurang memperhatikan guru saat menerima penjelasan materi pelajaran. (7). Siswa gelisah dalam mengerjakan tugas. (8). Siswa memperoleh nilai dibawah ketuntasan minimal pada evaluasi ahir mata pelajaran IPS. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa agar tidak tertinggal dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi efesiensi menejemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.
Peningkatan kualitas pendidikan disekolah dapat di tempuh dengan berbagai cara, antara lain: peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektivitas metode pembelajaran, peningkatan sarana dan prasarana belajar dan bahan ajar yang memadai. Selama ini proses pembelajaran di lingkungan SD/MI masih menganut metode pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran berpusat pada guru dan selama itu pada kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional menggangap guru adalah Satu-satunya sumber belajar yang serba tahu. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian, dan terbukti saat pelajaran di mulai banyak siswa yang berbicara sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang di lakukan oleh guru dalam mata pelajaran IPS.
Jika penerapan metode pembelajaran untuk mata pelajaran IPS hanya mengunakan metode ceramah sebagai metode pokok, maka proses pembelajaran akan terasa membosakan bagi siswa karena terasa monoton. Kondisi ini diduga akan sangat mempengaruhi keaktifan siswa di dalam kelas. Metode ceramah sebagai metode pokok bukan berarti tidak cocok untuk di gunakan tetapi pengunaan metode tersebut yang mendominasi menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh dan tidak berperan aktif serta tidak bisa belajar mandiri. Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan misi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pemilihan metode yang tepat untuk melaksanakan penerapan pendekatan tersebut. Guna meningkatkan keaktifan dan pemahaman proses belajar bagi siswa, penulis tertarik untuk melakuakan pembelajaran inovatif dengan mengunakan penerapan model mind mapping sesuai penerapan misi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP).
Konsep pembelajaran inovatif dengan penerapan mind mapping akan mendorong guru dan perserta didik melaksanakan praktik pembelajaran secara aktif dan kreatif sehingga dapat di harapakan tercapainya peningkatan dalam pembelajaran. Menurut james W. Brow seperti yang dikutip oleh Sardiman A.M (2004: 67) mengemukakan bahwa: tugas dan peranan guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mepersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Sedangkan tujuan mengajar adalah membantu siswa untuk menjawab tantangan lingkungan dengan cara yang efektif. MI Ma arif karangasem kecamatan wonosegoro kabupaten boyolali hingga saat ini dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya mata pelajaran IPS masih disampaikan dengan metode ceramah (metode pembelajaran konvensional) sebagai metode yang lebih dominan diterapkan dari pada metode yang lain.
Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakuakn penelitian dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang berbicara sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru. Hal ini diduga akan mempengaruhi aktifitas belajar siswa di dalam kelas. Karena materi IPS banyak pemahaman konsep maka peneliti menawarkan diri untuk menerapkan model mind mapping untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa. Model mind mapping sebagai metode mencatat efektif dan menyenangkan dapat membantu siswa dalam belajar, menyusun, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi belajar (Tony Buzan.2006:12). Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru yang merupakan komponen pendidikan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) di lapangan. Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses pembelajaran dikelas maupun efeknya diluar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Guru memiliki peranan yang sangat penting sehubungan dengan tugasnya sebagai perencana dan pelaksana sekaligus mengevaluasi kegiatan Belajar mengajar (KBM). Guru sebagai pelaksana utama pendidikan dan pelajaran sekolah, maka guru dituntut untuk mampu menerapkan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kegiatan pembelajaran. Guru dan siswa diharapkan dapat mengetahui apa yang harus dicapai dan sejauh mana efektivitas belajar dicapai. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan suatu format untuk menetapkan suatu kompetensi yang diharapkan siswa dalam setiap tingkat dan mengambarkan langkah kemajuan siswa menuju kompetensi yang lebih tinggi. Peran guru sebagai pemberi ilmu sudah saatnya berubah menjadi fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkontruksi pengetahun mereka sendiri.
Proses belajar tidak harus dari guru, siswa bisa saling mengajar dengan siswa yang lainnya. Menurut Peaget (1991:353), siswa harus secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga dapat membantu memperoleh pemahaman yang lebih tinggi. Salah satu metode yang memungkinkan siswa lebih banyak berinteraksi dalam belajar adalah model mind mapping yaitu pembelajaran cara mempermudah belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, karena mind mapping (Peta pikiran) adalah cara mudah menyerap dan mengeluarkan informasi dari dalam otak siswa dan guru, mind mapping merupakan sebuah cara mencatat yang kreatif dan efektif. Semua mind mapping memiliki kesamaan semua mengunakan warna, semua memiliki struktur yang alami yang memancar dari pusat, semua mengunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan kerja otak. Secara harfiah peta pikiran akan memetakan pikiran-pikiran, dengan membuat sendiri peta pikiran siswa melihat bidang studi itu lebih jelas mudah belajar dengan catatan sendiri yang mengunakan bentuk huruf yang mereka miliki dan di tambah dengan warna yang berbeda di setiap catatan mereka dibanding membaca buku teks, mereka merasa kesulitan ketika persiapan akan menghadapi ujian. Model mind mapping merupakan bagian dari Active learning yaitu suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif menggunakan otak. Baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahakan masalah atau mengkorelasikan apa yang mereka pelajari ke dalam masalah dikehidupan mereka. Dengan belajar aktif siswa diajak turut serta dalam semua proses pembelajaran, baik mental maupun fisik.
Dengan demikian mereka akan menemukan suasana yang menyenangkan sehingga keberhasilan pembelajaran diharapkan dapat lebih maksimal. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul PENERAPAN MODEL MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MA ARIF KARANGASEM KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012/2013
0 komentar:
Posting Komentar