Minggu, 16 Maret 2014

HAK PENENTUAN NASIB SENDIRI UNTUK MEMILIKI SEBUAH NEGARA (WEST PAPUA)


Natho M Pigai/Pribadi
Oleh: Natho M Pigai
Kemerdekaan adalah “Hak Segala Bangsa” berdasarkan Deklarasi Universal HAM yang menjamin hak-hak individu dan berdasarkan Konvenant Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik yang menjamin hak-hak kolektif di dalam hak penentuan nasib sendiri (the right to self-determination) ditetapkan. 

Semua bangsa memiliki hak penentuan nasib sendiri. Atas dasar mereka bebas menentukan status politik mereka untuk bebas melaksanakan pembangunan ekonomi dan budaya mereka, Bangsa digunakan dalam arti Rakyat dan dapat dibedakan bahwa sebuah negara dapat mencakup beberapa bangsa, maksudnya kebangsaan atau rakyat yaitu hak penentuan nasib sendiri untuk mendirikan negara baru di luar suatu negara yang telah ada. Contoh: Hak Penentuan Nasib Sendiri Untuk Memiliki Negara Papua Barat Di Luar Negara Indonesia.

Hak external penentuan nasib sendiri, atau lebih baiknya penentuan nasib sendiri dari bangsa-bangsa, adalah hak dari setiap bangsa untuk membentuk negara sendiri atau memutuskan apakah bergabung atau tidak dengan negara lain, sebagian atau seluruhnya.

Jadi, rakyat Papua Barat dapat juga memutuskan untuk menunjukkan gejala yang ada. yaitu hak penentuan nasib sendiri.

Rakyat Papua Barat, definisi, merupakan bagian dari rumpun bangsa atau ras Melanesia yang berada di Pasifik, bukan ras Melayu di Asia. Rakyat Papua Barat memiliki budaya Melanesia. Bangsa Melanesia mendiami kepulauan Papua (Papua Barat dan Papua New Guinea), Bougainville, Solomons, Vanuatu, Kanaky dan Fiji. Timor dan Maluku, menurut antropologi, juga merupakan bagian dari Melanesia. Sedangkan ras Melayu terdiri dari Jawa, Sunda, Batak, Bali, Dayak, Makassar, Bugis, Menado, dan lain-lain.

Menggunakan istilah ras di sini sama sekali tidak bermaksud bahwa saya menganjurkan rasisme. Juga, saya tidak bermaksud menganjurkan nasionalisme merupakan manusia super yang lebih tinggi derajat dan kemampuan berpikirnya daripada manusia asal ras lain. Rakyat Papua Barat sebagai bagian dari bangsa Melanesia merujuk pada pandangan sebagaimana terdapat pada bagian pertama tulisan di atas.

Rakyat Papua Barat menyadari dirinya sendiri sebagai bangsa yang terjajah sejak adanya kekuasaan asing di Papua Barat. Kesadaran tersebut tetap menjadi kuat dari waktu ke waktu bahwa rakyat Papua Barat memiliki identitas tersendiri yang berbeda dengan bangsa lain. Di samping itu, penyandaran diri setiap kali pada identitas pribadi yang adalah dasar perjuangan, merupakan akibat dari kekejaman praktek-praktek kolonialisme Indonesia. Perlawanan menjadi semakin keras sebagai akibat dari (1) Penindasan yang brutal, (2) Pembunuhan terhada rakyat papua yang tak berdosa (3) Menutup ruang gerakan demokrasi di tanah Papua dan (3) Membanjirnya informasi yang masuk tentang sejarah Papua Barat. Rakyat Papua Barat semakin mengetahui dan mengenal sejarah mereka. Kesadaran merupakan basis untuk mentransformasikan realitas, sebagaimana Semangat juang menjadi kuat sebagai akibat dari kesadaran itu sendiri. 

Sejarah Papua Barat telah menjadi kuat, sarat, semakin terbuka dan kadang-kadang meledak. Perjuangan kemerdekaan Papua Barat tidak pernah akan berhenti atau dihentikan oleh kekuatan apapun.

Rakyat Papua Barat akan meneruskan perjuangannya untuk menjadi negara tetangga yang baik dengan Indonesia. Rakyat Papua Barat akan meneruskan perjuangannya untuk menjadi bagian yang setara dengan masyarakat internasional. 

Perjuangan akan dilanjutkan hingga perdamaian di Papua Barat tercapai, Para pejuang dan rakyat papua yang tak bersalah telah menjadi korban kebrutalan TNI/PORLI indonesiatidak akan hidup damai selama Papua Barat masih merupakan daerah jajahan. 

Mereka akan meneruskan perjuangan kemerdekaan Papua Barat. Mereka akan meneriakkan percikan-percikan perjuangan, pejuang penghapusan perbedaan warna kulit, "Lemparkan kami ke penjara, kami akan tetap mengasihi. Lemparkan bom ke rumah kami, dan ancamlah anak-anak kami, kami tetap mengasihi". Rakyat Papua Barat mempunyai sebuah mimpi yang sama dengan mimpinya Martin Luther King, bahwa kita akan menang suatu ketika.

Penulis adalah Anggota AMP KK Bandung

0 komentar:

Posting Komentar