Kedatangan Islam di Nusantara tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal, tetapi melalui proses evolusi, bertahap, dan beragam sehingga menghasilkan keanekaragaman kebudayaan. Kali ini saya akan membahas tentang Teori-Teori Kedatangan Islam di Nusantara. Dalam pelajaran Sejarah,, pembahasah mengenai Teori-Teori Kedatangan Islam di Nusantara sangat sering di bicarakan, berikut uraian tentang Teori-Teori Kedatangan Islam di Nusantara sebagai berikut.
Teori-Teori Kedatangan Islam di Nusantara
Beberapa teori yang mencoba menganalisis kedatangan Islam di wilayah Nusantara, berkaitan dengan daerah asal Islam di Nusantara dan waktu kedatangannya. Dan Teori-Teori Kedatangan Islam di Nusantara berikut diantaranya adalah :
- Teori Gujarat

- Teori Mekkah
Menurut teori Mekkah, Islam di Nusantara berasal dari Mekkah atau Arab. Proses islamisasi berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad VII Masesi. Tokoh yang memperkanalkan teori ini adalah T.W. Arnold dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka). Menurut Hamka, motivasi awal kedatangan orang-orang Arab di Nusantara tidak dilandasi nilai-nilai ekonomi, tetapi didorong motivasi spirit penyebaran agama Islam melalui dakwah. Sementara itu menurut T.W. Arnold menjelaskan bahwa pada abad VII Masehi di pesisir pantai barat sumatra telah ada komunitas muslim yang terdiri atas pedagang Arab. Beberapa orang di antaranya juga melakukan pernikahan dengan perempuan-perempuan lokal. Pendapat ini berdasarkan pada berita Cina yang menyebutkan bahwa pada abad VII Masehi terdapat sekelompok orang yang disebut Ta-shih bermukim di Sumatra Selatan dan Fo-lo-an (Sriwijaya) serta adanya utusan raja arab. Menurut Hamka, Raja Ta-shih yang dimaksud adalah Muawiyah bin Abu Sufyan yang saat itu menjabat sebagai Khalifah Daulah Bani Umayyah.
- Teori Persia
Menurut teori Persia, proses kedatangan Islam di Nusantara berasal dari daerah Persia (Iran). Pencetus teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejawaran asal Banten. Argumentasi Hoesein didasarkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Nusantara. Berikut ini contah persamaan tradisi di Persia dan Nusantara.
- Peringatan hari Asyuro yaitu, hari ke-10 pada bulan Muharam dalam kalender Islam. Hari Asyuro diperingati oleh kalangan Syi’ah sebagai hari berkabung atas kesyahidan Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, pada pertempuran Karbala tahun 61 H (680). Di Indonesia hari Asyuro diperingati dalam upacara Tabot. Tabot merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan Husein bin Ali. Di Pariaman, Sumatra Barat upacara tradisional ini dikenal dengan istilah Tabut.
- Kesamaan ajaran Wihdatul Wujud dari Syekh Siti Jenar di Jawa Tengah dan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia.
- Kesamaan seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan makam islam di Nusantara dan makam-makam yang ada di Persia.
- Kesamaan penggunaan gelar Syah bagi raja-raja Islam di Nusantara yang digunakan pula di Persia.
Hanya ini yang bisa saya sampaikan, semoga apa yang saya sampaikan bisa berguna kedepannya. Dan juga jangan lupa tinggalkan komentar di bawah ini ya! ^_^
0 komentar:
Posting Komentar