BAB I
PENDAHULUAN
Kehadiran yang tidak teratur merupakan problem besar disekolah pada saat-saat ini. Ketidak hadiran yang dimangsud disini adalah ketidak hadiran yang disebabkan karena alasan yang tidak jelas, bukan karena alasan sakit atau lainya, jika ketidakhadiran siswa dikarenakan sakit atau ada kepentingan, dalam arti masih bisa memberikan alasan yang jelas,
hal itu msih bisa diterima tetapi jika alasannya tidak jelas mengapa siswa tersebut tidak hadir atau tidak masuk sekolah, hal ini perlu penanganan yang serius. Sebab cepat atau lambat masalah ini akan berdampak buruk baik untuk siswa itu sendiri maupun lingkungan sekolahnya.
hal itu msih bisa diterima tetapi jika alasannya tidak jelas mengapa siswa tersebut tidak hadir atau tidak masuk sekolah, hal ini perlu penanganan yang serius. Sebab cepat atau lambat masalah ini akan berdampak buruk baik untuk siswa itu sendiri maupun lingkungan sekolahnya.
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat, atau bisa juga dikatakan ketidakhadiran tanpa alasan yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa dan jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius. Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu dilibatkan terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam keluarga itu sendiri, jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi sangat penting dalam pemecahan masalah siswa tersebut.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik tersebut, salah satu cara agar bisa diselesaikan yaitu mengunakan teknik studi kasus. Setudi kasus dapat diartikan sebagai berikut :
A. Pengertian studi kasus
Kamus psikologi (kartono dan gulo, 2000) Menyebutkan ada dua pengertian tentang studi kasus, yang pertama studi kasus merupakan suatu penelitian atau penyelidikan intensif, mencakup semua informasi relevan terhadap seseorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal, yang kedua studi kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seseorang individu, sering mencakup pengalamannya dalam terapi serta menolongnya dalam usaha penyesuai diri (adjustment). Berikut ini definisi studi kasus dari beberapa pakar dalam psikologi, yaitu :
1. Menurut Dewa Ketut Sukardi (1983)
Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integrative dan komprehensif. Integrative adalah menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif. Komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap.
2. Menurut WS. Winkel (1995)
Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik.
3. Menurut I. Djumhur (1985)
Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik.
Jadi berdasarkan pembahasan diatas dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu studi atau analisis komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-ciri karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok.
B. Tujuan studi kasus
Studi Kasus diadakan untuk memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya. Kemudian dari pemahaman dari siswa yang mendalam, konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. Dengan penyesuian pada diri sendiri serta lingkungannya, sehingga siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan dalam hidupnya, serta tercipta keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.
C. Sasaran studi kasus
Sasaran studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan yang serius pula. Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi suatu studi kasus adalah murid yang mempunyai suatu problem (problem case); jadi seorang murid membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik, asal murid itu dalam keadaan sehat rohani atau tidak mengalami gangguan mental.
D. Langkah-langkah memberikan bantuan dalam memecahkan masalah menurut I. Djumhur dan Mohamad Surya.
1. Langkah Identifikasi kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
2. Langkah diagnosa
Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.
3. Langkah prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.
4. Langkah terapi
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
5. Langkah Evaluasi dan follow up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
BAB II
ISI LAPORAN
A. Identifikasi kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
Ø Pengumpulan data
a. Data pribadi siswa
1. Nama : siswa “A”
2. Tempat lahir : Kebumen
3. Tanggal lahir : 30 September 1993
4. Umur : 17 tahun
5. Jenis kelamin : laki-laki
6. Agama : Islam
7. Kelas : XII IPS
8. Alamat : Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta
9. Hobi : Jalan-jalan atau shoping
10. Sekolah : SMK
b. Data orang tua siswa dari ayah
1. Nama ayah : Samio
2. Umur : 54 tahun
3. Agama : Islam
4. Pekerjaan : Wirasuasta/pedagang
5. Penghasilan tiap bulan : 1.500. 000 /bulan
c. Data orang tua siswa dari Ibu
1. Nama ibu : Sulastri
2. Umur : 52 tahun
3. Agama : Islam
4. Pekerjaan : Wirasuasta/pedagang
5. Penghasilan tiap bulan :1. 200. 000 s/d 1. 500. 000 /bulan
d. Data pendidikan
1. Tingkat pendidikan :
2. Status sekolah :
3. Lokasi sekolah :
4. Kelas :
e. Data kesehatan
1. Riwayat penyakit : -
2. Penyakit yang diderita : -
f. Data dari lingkungan
1. Pola asuh dalam keluarga :
2. Keadaan lingkungan sekitar :
Ø Hasil Wawancara dan Observasi
a. Dengan guru
Hasil wawancara dan informasi yang diperoleh dari guru kelasnya bahwa siswa si “A” merupakan siswa yang susah diatur, jarang masuk kelas, setiap ganti jam pelajaran selalu keluar dari kelas, pulang tidak tepat pada waktunya, prestasi belajarnya rendah.
b. Dengan wali kelas
Hasil wawancara yang diperoleh dengan wali kelasnya didapat bahwa siswa si “A” ini mengalami penurunan dalam prestasi belajarnya, jarang masuk sekolah dan tanpa memberikan pemberitahuan atau tanpa izin.
c. Dengan orang tua
Hasil wawancara dan informasi yang diperoleh dari kedua orang tuanya bahwa mereka selalu memberikan apa yang ia minta, selalu mencukupi kebutuhan hidupnya, diberikan kebebasan bergaul dengan siapa saja.sementara kedua orang tuanya sibuk mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya dan tidak mempedulikan anaknya. Yang dia tau bahwa anaknya pagi berangkat sekolah siang pulang sekolah.
d. Dengan teman dekat
Informasi yang diperoleh dari teman-temanya bahwa siswa si “A” selalu gelisah bila disekolahan, selalu ingin pulang cepat, dia mengakui kepada teman dekatnya bahwa siswa si ”A” tidak diberikan kasih sayang kepada orang tuanya hanya diberikan nafkah saja. Dia juga mengatakan bahwa si “A” ini lebih suka bersenang-senang dari pada bersekolah, dan siswa “A” tersebut, sebagian temanya tidak menyukai tinkah lakunya, karena juga memberikan dampak membolos terhadap teman-temanya.
e. Dengan klien
Berdasarkan wawancara dengan klien, bahwa klien mempunyai sifat malas untuk sekolah dia lebih suka bersenang-senang daripada bersekolah, siswa tersebut mengatakan bahwa bersekolah dan tidak bersekolah sama saja, bersekolah tidak mendapatkan ilmu tidak bersekolah juga tidak mendapatkan ilmu. Dia mengaku bahwa dia mempunyai rasa rendah diri, perasaan termarginalkan/tersisihkan tetapi kadang rasa itu muncul tanpa dia inginkan, sering kali dia dibuat merasa bahwa ia tidak diinginkan atau diterima dikelasnya.
f. Observasi pada klien terhadap prilakunya
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa tingkah laku yang dilakukan oleh siswa “A” tersebut tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku disekolahnya, klien malas untuk bersekolah dia lebih mementingkan kepuasan dalah hidupnya atau lebih suka bersenang-senang, selalu pulang pada waktu ganti jam pelajaran.
g. Melalui angket dan sosiometri
Berdasarkan hasil dari data angket dan sosiometri yang diberikan kepada teman-temanya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa si “A” tersebut sebagian besar teman-temanya tidak menyukai tingkah laku yang dilakukan oleh siswa tersebut, dan juga teman-temanya merasa risi bila bergaul dengan siswa “A” tersebut karena bila mereka bergaul dengan siswa “A” tersebut takut akan meniru tingkah lakunya.
B. Diagnosa
Diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.
Berdasarkan identifikasi kasus diatas dari permasalah yang dihadapi klien maka dapat
Di diagnosa bahwa siswa “A” tersebut mempunyai permasalahan atau kasus di sekolahanya yaitu sering membolos/jarang masuk sekolah.
C. Prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya.Untuk menetapkan langkah prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.
Berdasarkan dari diagnosa dapat di ambil langkah prognosa, kemudian di kemukakan pula kemungkinan-kemungkinan langkah selanjutnya di tempuh untuk memberikan bantuan yaitu :
1. Memberikan peringatan pada siswa tersebut.
2. Memberikan arahan dan bimbingan pada siswa.
3. Memberikan layanan informasi pada orang tua.
D. Terapi
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
Berdasarkan prognosa yang telah di tentukan kemudian klien memilih semua alternative pilihan untuk di laksanakan.
1. Memberikan peringatan pada siswa tersebut, hal ini agar siswa tidak mengulangi pelanggaran peraturan disekolah. Jangan memberikan hukuman pada siswa karena dapat berdampak negatif.
2. Memberikan arahan dan bimbingan pada siswa, hal ini diberikan pada siswa agar siswa memiliki pemahaman tentang pentingnya sekolah.
3. Memberikan layanan informasi pada orang tua, alternatif ini berguna untuk
E. Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan dan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
0 komentar:
Posting Komentar